Dasar Fisika Inderaja

Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand Kieffer dan Chipman, 2008; Nicholas, 2009). Sistem penginderaan jauh terdiri dari penginderaan jauh sistem aktif dan passif. Penginderaan jauh sistem aktif menggunakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dan diterima oleh sistem itu sendiri atau menggunakan gelombang elektromagnetik buatan, sedangkan penginderaan jauh sistem passif menggunakan gelombang elektromagnetik yang bersumber dari matahari (Sutanto,1999). Matahari memancarkan gelombang elektromagnetik yang berbentuk spectrum diskotinue, spektrum gelombang elektromagnetik ditunjukkan pada Gambar 

Bagian julat sinar tampak (visible) dan perluasannya digunakan dalam sistem penginderaan jauh untuk pengambilan atau pengukuran data informasi mengenai sifat dari sebuah fenomena, objek atau benda dengan menggunakan alat perekam tanpa bersentuhan langsung dengan daerah, objek atau benda yang dikaji. Jadi dalam penginderaan jauh terdapat suatu proses perolehan informasi tentang karakteristik objek di permukaan bumi atau dekat permukaan bumi tanpa bersentuhan langsung dengan objeknya. Informasi spasial tentang objek, daerah, atau fenomena yang dikaji diperoleh melalui proses analisis data penginderaan jauh yang selanjutnya disebut citra pengenderaan jauh, citra penginderaan jauh diperoleh dari hasil rekaman interaksi antara objek dengan energi cahaya tampak dan perluasannya dalam bentuk gelombang elekromagnetik (Sutanto, 1999). 

Gambar disamping menunjukkan energi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh matahari ke segala arah hingga berinteraksi dengan objek di permukaan bumi atau dekat permukaan bumi, kemudian gelombang elektromagnetik tersebut dipantulkan oleh objek tersebut ke sensor yang berada pada wahana satelit. Hasil rekaman spektral objek pada sensor dikirim ke stasiun penerima di Bumi, selanjutnya diolah dan disimpan sebagai data citra penginderaan jauh. Lillesand dan Kiefer (2008) bahwa objek dipermukaan bumi seperti vegetasi, tanah dan air memiliki respon spektral terhadap julat panjang gelombang elektromagnetik berbeda-beda. Perbedaan respon spektral tiap objek di permukaan bumi atau dekat permukaan bumi menjadi bahan kajian untuk membedakan objek di perbukaan bumi atau dekat permukaan bumi. Secara umum klasifikasi objek dipermukaan bumi terdiri dari objek vegetasi, tanah dan air. Karakteristik respon spektral objek tersebut terhadap julat panjang gelombang elektromagnetik ditunjukkan pada Gambar berikut 

Citra adalah gambaran rekaman suatu objek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang dibuat dengan cara optik, elektro-optik, optik mekanik, atau elektronik. Pada umumnya menggunakan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan dari suatu objek, tidak langsung direkam pada film. Simonett et al. (1983, dalam Sutanto, 1999). Citra digital adalah citra yang menggambarkan kenampakan permukaan (atau dekat permukaan) bumi, diperoleh melalui proses perekaman pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik secara tidak serentak dengan sensor pelarik yang terpasang pada suatu wahana, baik itu pesawat udara mapun wahana ruang angkasa atau wahana satelit. Campbell (2002) menyatakan, bahwa citra penginderaan jauh merupakan sumber informasi utama penutup lahan dan penggunaan lahan. Informasi tentang penutup lahan termasuk vegetasi yang biasa berassosiasi dengan hutan merupakan salah satu informasi permukaan bumi yang dapat diekstrak langsung dari citra pengingderaan jauh, sedangkan informasi tentang penggunaan lahan dapat diperoleh dengan bantuan data sekunder. Sutanto (1999) ada beberapa alasan yang mendasari pemanfaatan citra penginderaan jauh diantaranya: 1. Citra menggambarkan objek daerah dan gejala dari permukaan bumi dengan wujud dan letak objek yang mirip dengan wujud dan letak di permukaan bumi relatif lengkap, meliputi, daerah luas dan permanen. 2. Jenis citra tertentu dapat menimbulkan gambar tiga dimensi apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskopis. 3. Karakteristik objek yang tak tampak dapat diujudkan dalam bentuk citra sehingga dimungkinkan pengenalan objeknya. 4. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara terestrial. 5. Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana (seperti pemetaan gunung api yang sedang meletus, terkena angin ribut dan daerah yang terkena gempa bumi. 6. Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek. Kelebihan teknologi penginderaan jauh dalam menyadap informasi geospasial tersebut memungkinkan digunakan untuk berbagai kajian atau pemutakhiran basis data spasial permukaan bumi atau dekat permukaan bumi.

Daftar Pustaka.
Campbell, J.B., 2002. Introduction to Remote Sensing. 3rd Edition, New York: Guildford Press.
Nicolas, M., 2009. The Concept of Remote Sensing. didownload pada 22 Desember 2010 dari  http:/rst.gsfc.nasa.gov.
Lillesand. T.M., Kiefer, R.W., Chipman, J.W., 2004. Remote Sensing and Image Interpretation (Fifth Edition). John Wiley & Sons, Inc., New York.
Lillesand. T.M., Kiefer, R.W., Chipman, J.W., 2008. Remote Sensing and Image Interpretation (Sixth Edition). John Wiley & Sons, Inc., New York.
Syarifuddin, 2013. Aplikasi Citra Aster VNIR Multitemporal dan SIG untuk Evaluasi Perubahan Hutan Tahun 2006-2011. Kasus: Sebagian Kabupaten Muna-Sulawesi Tenggara Tesis. Yogyakarta: Fakultas Geografi. UGM. 
Sutanto, 1999. Penginderaan Jauh I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 
Sutanto, 1999. Penginderaan Jauh II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sumber: Farhan Abdul Musawwir

Comments

Popular Posts